Ingat Kubur, Ingati Diri
بسم الله الرحمن الرحيم
Sebuah aneuk dot, seorang anak kecil diajak ayahnya menghadiri
pemakaman. Sang anak bertanya kepada ayah ketika melihat peti kerenda
diatas bahu orang yang memandu. ”ayah, apa didalamnya?.” sang ayah
menjawab itu orang mati. Dengan spontan sang anak merengek-rengek ”ayah,
aku mau mati saja. Aku mau mati!.” Keinginan anak-anak mati dari
cerita diatas sangat wajar. Dia belum mengenal harimau makanya tidak
takut harimau. Tidak belum tau mati tersebut ”pemangkas” nikmat makanya
suka mati. Sekarang ini kematian berada disamping kita. Tinggal masuk
dalam tubuh kita. Jadilah ”kita mati” Hidup diawali oleh sebuah
kelahiran. Seorang bayi yang hidup lahir dari rahim ibunya. Tumbuh besar
menjadi balita hingga dewasa. Kelahilan merupakan batas awal untuk
pernafasan. Nafas dihirup pertama sekali ketika lahir. Dan nafas
terakhir dihirup ketika ajal menjemput. Awali hidup dengan kelahiran.
Akhiri hidup dengan kematian. Dalam sejarah islam dinyatakan khalifah
usman bin Affan menangisi kematian. Beliau sangat takut dengan tinggal
diliang lahat sendiri. Hatinya begitu terang oleh alam ghaib. Dalam
kitab Tankiihul Al-Kaul hal 58 tertulis: Bila khalifah Usman bin Affan
ini berada diatas kubur. Beliau menangis dengan sangat terharu sedih dan
pilu. Menangisnya berbeda dengan menangisi ketika mengingat syurga dan
neraka. Beliau benar-benar menangis tat kala berada diatas kubur. Bukan
seperti kita!. Kuburan awal kehidupan akhirat akhir kehidupan dunia.
[jika dibalik] kuburan awal tempat diakhirat dan akhir tempat didunia.
Hidup sudah didunia Cuma beberapa tahun saja [umur ghalib 63 tahun].
Mati_tamatlah riwayat. Tetapi ingat bahwa mati itu adalah awal hidup
diakhirat. Dan awal itu tidak akan ada akhirnya, lhoe…! Saidina Usman
bin Affan mengemukakan alasan beliau menangis. Beliau teringat kepada
Sabda Nabi. Perkataan yang memberikan inspirasi kepada seorang khalifaur
rasyidin. Aku mendengar Nabi bersabda : ”kuburan merupakan tempat
pertama diakhirat. Jika seorang hamba beruntung maka akan mudah
urusannya.” Tentu orang yang beruntung yang senang. Bagaimana jika
orang yang tidak beruntung?. Tangisan dunia tentu tidak sebanding
tangisan diakhirat kelak. Siksa akhirat tidak sanggup beliau bayangkan.
Tidak ada ukurannya didunia ini. Siksa yang sangat pedih dan menyakitkan
bila tidak bagus permulaan. Awal akhirat merupakan prioritas utama
nikmat yang akan dicapai selanjutnya. Bila baik permulaan maka akan baik
pula hingga hari hisab amalan dilaksanakan. Tetapi bila buruk permulaan
maka tidak akan terlepat dari neraka jahannam yang sangat menyakitkan.
Urusan diakhirat berbeda dengan urusan didunia. Bila didunia yang
ditinjau adalah baik penghabisan. Maka doa pun dilantunkan ”Ya Rabbi,
akhiri hidup kami didunia ini dengan baik kesudahan [husnul khatimah]
dan jangan akhiri hidup kami dengan buruk akhir[suil khatimah].”
Sebagai orang islam mati bukan akhir dari segalanya. Mati merupakan
pintu gerbangnya akhirat. Hari didunia berobah menjadi hari akhirat
dengan adanya mati. Pegawai negeri sipil pensiun bila sudah sampai masa
yang telah ditentukan. Sampai umur 53 tahun contohnya. Tetapi tubuh ini
tidak akan pernah pensiun untuk mendapatkan jatahnya. Tubuh yang ada
didalam dunia akan dikembalikan lagi seperti semula. Akan merasakan
nikmat jika ada dan mendapatkan jatah siksa ”sudah jatahnya.”
Nauzubillah, inilah doa kita. Dengan berdoa mengharapkan ”diri” terlepas
dari akhir yang buruk. Buruk akhir akan berakibat kepada buruk pula.
Akhir yang baik tentu harapan semua orang. Namun akhir tersebut bukan
dihasilkan dari harapan. Akhir tersebut tercipta melalui usaha semasa
hidup didalam dunia. Banyak momentum-momentum penting disetiap bulan.
Seperti bulan Ramadhan ini merupakan bulan untuk memperbanyak amalan.
Bulan Haji bagi orang yang melaksanakan haji. Bahkan seluruh haripun
merupakan kesempatan untuk mendapat nilai ”coumload” disisi Allah swt.
Allah muliakan semua bulan dengan satu bulan_bulan Ramadhan. Allah
muliakan enam hari dengan satu hari, hari Jum’at. Pandai-pandailah
menghadapi waktu istimewa. ***
kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/02/25/ingat-kubur-ingati-diri/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar