Selasa, 24 Juli 2012


//
you're reading...

Ingat Kubur, Ingati Diri

بسم الله الرحمن الرحيم

Sebuah aneuk dot, seorang anak kecil diajak ayahnya menghadiri pemakaman. Sang anak bertanya kepada ayah ketika melihat peti kerenda diatas bahu orang yang memandu. ”ayah, apa didalamnya?.” sang ayah menjawab itu orang mati. Dengan spontan sang anak merengek-rengek ”ayah, aku mau mati saja. Aku mau mati!.” Keinginan anak-anak mati dari cerita diatas sangat wajar. Dia belum mengenal harimau makanya tidak takut harimau. Tidak belum tau mati tersebut ”pemangkas” nikmat makanya suka mati. Sekarang ini kematian berada disamping kita. Tinggal masuk dalam tubuh kita. Jadilah ”kita mati” Hidup diawali oleh sebuah kelahiran. Seorang bayi yang hidup lahir dari rahim ibunya. Tumbuh besar menjadi balita hingga dewasa. Kelahilan merupakan batas awal untuk pernafasan. Nafas dihirup pertama sekali ketika lahir. Dan nafas terakhir dihirup ketika ajal menjemput. Awali hidup dengan kelahiran. Akhiri hidup dengan kematian. Dalam sejarah islam dinyatakan khalifah usman bin Affan menangisi kematian. Beliau sangat takut dengan tinggal diliang lahat sendiri. Hatinya begitu terang oleh alam ghaib. Dalam kitab Tankiihul Al-Kaul hal 58 tertulis: Bila khalifah Usman bin Affan ini berada diatas kubur. Beliau menangis dengan sangat terharu sedih dan pilu. Menangisnya berbeda dengan menangisi ketika mengingat syurga dan neraka. Beliau benar-benar menangis tat kala berada diatas kubur. Bukan seperti kita!. Kuburan awal kehidupan akhirat akhir kehidupan dunia. [jika dibalik] kuburan awal tempat diakhirat dan akhir tempat didunia. Hidup sudah didunia Cuma beberapa tahun saja [umur ghalib 63 tahun]. Mati_tamatlah riwayat. Tetapi ingat bahwa mati itu adalah awal hidup diakhirat. Dan awal itu tidak akan ada akhirnya, lhoe…! Saidina Usman bin Affan mengemukakan alasan beliau menangis. Beliau teringat kepada Sabda Nabi. Perkataan yang memberikan inspirasi kepada seorang khalifaur rasyidin. Aku mendengar Nabi bersabda : ”kuburan merupakan tempat pertama diakhirat. Jika seorang hamba beruntung maka akan mudah urusannya.” Tentu orang yang beruntung yang senang. Bagaimana jika orang yang tidak beruntung?. Tangisan dunia tentu tidak sebanding tangisan diakhirat kelak. Siksa akhirat tidak sanggup beliau bayangkan. Tidak ada ukurannya didunia ini. Siksa yang sangat pedih dan menyakitkan bila tidak bagus permulaan. Awal akhirat merupakan prioritas utama nikmat yang akan dicapai selanjutnya. Bila baik permulaan maka akan baik pula hingga hari hisab amalan dilaksanakan. Tetapi bila buruk permulaan maka tidak akan terlepat dari neraka jahannam yang sangat menyakitkan. Urusan diakhirat berbeda dengan urusan didunia. Bila didunia yang ditinjau adalah baik penghabisan. Maka doa pun dilantunkan ”Ya Rabbi, akhiri hidup kami didunia ini dengan baik kesudahan [husnul khatimah] dan jangan akhiri hidup kami dengan buruk akhir[suil khatimah].” Sebagai orang islam mati bukan akhir dari segalanya. Mati merupakan pintu gerbangnya akhirat. Hari didunia berobah menjadi hari akhirat dengan adanya mati. Pegawai negeri sipil pensiun bila sudah sampai masa yang telah ditentukan. Sampai umur 53 tahun contohnya. Tetapi tubuh ini tidak akan pernah pensiun untuk mendapatkan jatahnya. Tubuh yang ada didalam dunia akan dikembalikan lagi seperti semula. Akan merasakan nikmat jika ada dan mendapatkan jatah siksa ”sudah jatahnya.” Nauzubillah, inilah doa kita. Dengan berdoa mengharapkan ”diri” terlepas dari akhir yang buruk. Buruk akhir akan berakibat kepada buruk pula. Akhir yang baik tentu harapan semua orang. Namun akhir tersebut bukan dihasilkan dari harapan. Akhir tersebut tercipta melalui usaha semasa hidup didalam dunia. Banyak momentum-momentum penting disetiap bulan. Seperti bulan Ramadhan ini merupakan bulan untuk memperbanyak amalan. Bulan Haji bagi orang yang melaksanakan haji. Bahkan seluruh haripun merupakan kesempatan untuk mendapat nilai ”coumload” disisi Allah swt. Allah muliakan semua bulan dengan satu bulan_bulan Ramadhan. Allah muliakan enam hari dengan satu hari, hari Jum’at. Pandai-pandailah menghadapi waktu istimewa. ***
kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/02/25/ingat-kubur-ingati-diri/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar